Visitasi Rumah Calon Siswa SMKN Jateng, Tak Cukup Andalkan GPS

By Abdi Satria


nusakini.com-Magelang-Berbekal berkas dengan keterangan alamat para calon siswa yang masuk tahap akhir seleksi, Tim Visitasi (Kunjungan Rumah) SMK Negeri Jawa Tengah mencari satu per satu rumah yang akan dikunjungi. Bukan perkara mudah mengingat mereka bukan warga setempat. Bahkan, untuk menemukan satu alamat, mereka mesti bertanya hingga berulang kali. 

Seperti yang dialami Sekretaris Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) SMKN Jateng Bagus Suryokusumo, Rabu (22/5/2019). Meski setiap tahun dia mendapat jatah melakukan visitasi di wilayah Magelang, tetap saja mesti bertanya lebih dari sekali untuk menemukan rumah yang dituju. 

Untuk menuju rumah Rifqi yang berada tak jauh dari perkotaan, yakni Desa Trasan, Kecamatan Bandongan, Kabupaten Magelang, butuh naik turun mobil untuk sekadar bertanya dengan orang yang ditemui. Padahal, lokasinya masih dekat dengan pusat kota. Namun ternyata, rumah yang dituju tak berada di pinggir jalan desa, karena nyempil di ujung gang. Beruntung, si penghuni rumah tidak bepergian sehingga bisa langsung melakukan wawancara dengan orang tua Rifqi, yakni Sugiyanto dan Umi Kulsum. 

Perjuangan lebih keras dialami saat mencari rumah Desi Selfiana, di Desa Tanjungsari, Kecamatan Wirosari Kabupaten Magelang. Kali ini, rumah yang dituju berada di wilayah atas, dekat lereng Gunung Sumbing. Naik turun mobil kembali dilakukan untuk bertanya, karena mengandalkan GPS saja ternyata tak cukup.

Setibanya di rumah yang terbuat dari kayu tersebut, Bagus dan rekannya nyaris kecewa mengingat rumah tersebut kosong. Berulangkali mereka mengitari rumah sambil mengetuk pintu dan jendela yang ada. Hingga akhirnya ada tetangga yang memberi tahu jika orangtua Desi tengah bekerja. Sujoko, ayahnya, sedang mencari rumput untuk pakan sapi gadoh-nya. Sementara Kowiyah, ibu sambung Desi, berjualan kelontong di sekitar pasar, tak jauh dari rumahnya. 

Mengetahui yang datang adalah tim dari SMKN Jateng, si tetangga langsung menawarkan diri untuk memanggil Kosiwah. Tak berapa lama, ibu dan anak itu tampak berlari kecil menuju rumah, disusul Sujoko yang datang membawa setumpuk rumput di atas kendaraan tuanya. 

“Ini tahap terakhir penentuan calon siswa SMKN Jateng. Memang kami harus bertemu langsung dengan penghuni rumah, untuk mengecek ulang hasil wawancara yang sudah dilakukan sebelumnya, sekaligus memastikan apakah calon siswa benar-benar dari keluarga tidak mampu,” terang Bagus. 

Diterangkan, saat mendaftar, calon siswa sudah diminta mengirimkan foto tempat tinggal. Kedatangan mereka untuk melihat langsung apakah rumah sebenarnya seperti pada foto. Sebab, berdasarkan pengalaman sebelumnya, ada foto rumah yang ternyata berbeda dengan aslinya. 

Untuk tahun ini, imbuh Bagus, setidaknya ada 358 rumah calon siswa yang dikunjungi, baik yang akan bersekolah di kampus Semarang, Pati, maupun Purbalingga. Dari jumlah tersebut, yang diterima nantinya hanya 264 orang. 

“Pengumuman akan dilakukan lewat website, pada 29 Mei mendatang. Kepada calon siswa, kami pesankan juga kalau nanti ada orang yang mengaku dari SMKN Jateng datang dan meminta uang, menjanjikan diterima, agar jangan dipercaya. Tim kami tidak meminta uang sepeser pun pada calon siswa,” tegasnya. 

Sementara itu, Sujoko, orang tua Desi menaruh harapan besar agar anak keduanya bisa diterima. Apalagi, secara akademis Desi dinilai mampu mengikuti pelajaran di SMKN Jateng, ditambah prestasi olahraga yang telah diraih hingga tingkat kabupaten. 

“Seandainya diterima, insya Allah dari gurunya bisa menyalurkan, bisa mencarikan lapangan kerja buat membantu orang tua,” harapnya. (p/ab)